23 Agu 2011

Pantun Lebaran 1433H





Sedari tadi tak jua bersua
Buat apa teruskan berjalan
Sadari diri tak berpuasa
Buat apa rayakan Lebaran



Hamparan alam samudera raya
Kuasa Tuhan karya yg nyata
Rayakan lebaran bersama saudara
Sungguhlah senang tiada tara








Jari indah punya sang putri
Rentangan intan lintangi tangan
Hari indah dibulan Fitri
Kemenangan insan yg imani Ramadhan




 
Redup sekali cahaya bulan
Kala pandang terhalang awan
Hidup mati di tangan Tuhan
Kita jangan terkangkang jaman


Jika pintu ingin dipahat
Lihat selalu kuatnya dahan
Jika hidup ingin selamat
Taat selalu perintah Tuhan




 







Sungguh sayang tak pergi ke ladang
Padahal tebu enak dimakan
Sungguh sayang tak bersembahyang
Padahal itu perintah Tuhan



Tarakan kota Wisatawan
Berada di pulau kalimantan
Lebaran kita rayakan
Bersama saudara dan handai taulan




                                              
Sekat alang pagari tanaman
Tebaskan jerami tuk pakan sapi
Jabat tangan di hari lebaran
Bebaskan diri tuk saling ampuni

Tebarkan jala tuk pancing ikan
Ikan untuk dimakan siang
Lebaran ajang tuk saling maafpan
Bukan untuk pamer kekayaan








Buah dukuh kedongdong pula
Manalika dimakan juga
Sudah angkuh berbohong pula
Mana ada orang yg suka





Tebarkan benih semangka
Buah nangka ditanam juga
Lebaran lebih lermakna
Bila amalan tetap terjaga



Mari kita buka bersama
Santap makanan yg dihidangkan
Hari Raya segera tiba
Tempat renunangan orang beriman







Kubah antik negeri kuba
Kota lama di Amerika
Sudah cantik berbudi mulia
Pria mana yg tidak suka

Sikat brukat hingga mengkilat
Atlas tempat denahnya jagad
Maaf kuucap untukmu sobat
Atas khilaf yg telah kubuat


20 Agu 2011

Pantun Ramadhan 1433 H.








Warna udara sebaik embun
Ramalan itu pengantar kufur
Bila nyawa dititik ubun
Amalan ilmu pengantar kubur

Kota tua nyaman disinggah
Pagar penyekat di dua tempat
Orang tua jangan disanggah
Agar selamat dunia akhirat








Tumbuh merata pohon tebu
Sungai mengarah ke laut biru
Sungguh merana tak punya ilmu
Bagai rumah tidak berpintu




Berlayar hendak mencari kakap
Nelayan Ambon yg jadi pengarah
Beramal banyak tp tak shalat
Bagaikan pohon yg tak berbuah


Banyak bintang bertaburan
Hanya satu yg benderang
Banyak orang lalu lalang
Hanya untuk habiskan uang

Kubah antik bertahta mutiara
Tentu orang banyak memandang
Sudah cantik bertakwa pula
Tentu orang banyak yg sayang






Tangan kerap berjabat erat
Bila bersua saudara dan teman dimana saja
Jangan harap dapat manfaat
Bila puasa hanya menahan lapar dahaga saja

Kamana ngaitkeun kincir
Ka Cimahi teges pasti
Kamana ngaitkeun pikir
Ka Illahi nu geus pasti



Tembang kenangan tak pernah hilang
Nostalgia tak kala remaja
Jangan bilang Tuhan tak sayang
Bila kita tak suka berdo'a





Pernik perca kain kebaya
Terusik hati ingin memiliki
Cantik rupa hiasan raga
Cantik hati Rahmat Illahi



Alang alang di hutan larangan
Penghalang pandang orang bertalan
Sembahyang malam di bulan Ramadhan
Hiasam malam orang beriman

Ka kota rek meuli koja
Bahan keur wadah sagala
Ka mana kula nya menta
Salian ka Allah ta'alla

Cikaracak ninggang batu
Laun laun jadi legok
Budak botak katinggang batu
Di alun alun waktu mabok



Pakai kebaya saat ke pesta
Jelita rupa waktu dikena
Rasa bahagia saat puasa
Ketika tiba waktu berbuka


Jali jali lagu betawi
Lagu lama irama asli
Hari Fitri selalu dinanti
Tua muda bersuka hati






Jalan randu setapak kuda
Selalu teduh tertutup awan
Jangan ragu terhadap kanda
Cintaku utuh untukmu sayang


Si Amat makan pisang
Sisa satu masih juga dimakan
Selamat malam sayang
Cintaku masih utukmu seorang


Ondel - ondel berjajar lima
Bersama Mandra jika berlaga
Berandai - andai melamar dinda
Bahagia kanda jika diterima






Jatiluhur berkabut tak kala senja
Selayang bayu manjakan rasa
Bertutur lembut pada yang tua
Sayang selalu pada sesama

Perahu laju menuju pulau
Ikan sekeranjang dibawa nelayan
Tak perlu ragu dan juga risau
katakan sayang tak usah bimbang









Ikat sapi sais pedati 
Terikat rapi karena untuk mengantar putri
Nikmat nasi dapat dibeli
Nikmat hati hanya untuk yang berbudi pekerti

Gelas kaca terpampang di meja
Poci cantik diserta pulaIkhlas 
bahasa yg gampang dikata
Terapi hati menuju takwa

Ke Banjar membeli ketan
Sambil lalu Mamatpun pesan
Sekedar mengingatkan
Mari berwudhu sholat jalankan




Makan dukuh tengah malam
Mampir lewat kota Nunukan
Adzan subuh hampir menjelang
Mari shalat kita jalankan

Layang - layang terbang melayang
Sangat tinggi indah sekali
Terbayang - bayang dalam ingatan
Rahmat Illahi singgahi diri






Rambutan Tasik enak dimakan
Dimakan bersama tengah telaga
Berbuat baik dengan tindakan
Amalan berharga yang tak terkata

Berlayarlah naik perahu
Berlayar menuju pulau seribu
Berkaryalah dengan ilmu
Agar berarti waktu berlalu

Sentuh golok para jawara
Memakai gendewa hendak berlaga
Sungguh elok dara remaja
Pakai kebaya berjilbab pula




Ratu Cina liburan ke Kuta
hanya untuk melihat gajah
Satu cinta di bulan puasa
Hanya untuk mendapat berkah

Seroja bukan sakura
Keduanya jelas berbeda
Puasa bulan berbeda
Karena jelas banyak pahala






Bunga tanjung di tengah gunung
Pastilah tiada orang menyangka
Suka santun bertutur senyum
Pastilah dinda banyak disuka


Singkat berkata tiada lama
Itulah Hikmah yang berpuasa
Nikmat berbuka tiada tara
Itulah Rahmat yang Maha Kuasa

Ambil menantu orang yang tampan
Tak pasti tentu bakal menyayang
Sambil menunggu datanganya Adzan
Mari berwudhu baca Alqur'an

Makan sahur gulai kepala
kepala kakap sedap dan nikmat
Jangan nglantur wahai saudara
Jagalah cakap, sikap tabiat

Takkan lusuh walau direndam
Ciri serat sutra Tarakan
Adzan subuh berkumandang
Mari shalat kita jalankan




Makanlah duku jangan rambutan
Karena rambutan tak aku suka
Janganlah ragu akan Ramadhan
karena Ramadhan pintunya surga

Sikat kaca memakai perca
kemilau nampa terkena cahaya
Nikmat rasa jalanka puasa
Jikalau kita pandai memakna

Ramlan di buai irama
Orkestra cinta merdu dirasa
Amalan di bulan puasa
Lentera kita menuju surga

Bila kapal tidak berlabuh
Pantai Ambon tidak terjamah
Bila amal tidak berilmu
Bagai pohon tidak berbuah



Berburu ke padang datar
Dapat lembu dan juga camar
Berguru pada yg pintar
Dapat ilmu dan juga pacar

Cemeti sais pedati
cambuk kuda biar tak lambat
Sesali diri sendiri
Tìada guna bila tak tobat

Hamparan alam sangatlah tenang
Dari selat saya memandang
Kumandang adzan sudahlah datang
Mari shalat kita jalankan





Makam leluhur jauh dikubur
Banyak orang datang jiarah
Makan sahur penuh syukur
Nikmat ramadhan datangkan berkah


Sutra terindah di pusaran Nusa
Ulat merangkai itu semua
Harta berlimpah di bulan puasa
Buat yang pandai menuntun rasa






Berayun mari berayun
Rambut panjang jangan di kepang
Tersenyum mari tersenyum
Sambut ramadhan yang akan datang



Si Pulan memakai peci
mengajak Kamal pergi mengaji
Di bulan mahlgai suci
perbanyak amal perangi diri

Makan ketan bersama kawan
Nikmat dimakan di atas nampan
Bulan Ramadhan masa ampunan
Tingkatkan iman dan ketakwaan


26 Jan 2011

Nyanyian Raja


Walau enggan harus kudengarkan
Sebab kupingku tetap utuh
Tidak sumbang tapi cukup memekakkan

Untaian irama bernada merana
Membuat umat bedecak melaknat

Tak nyamankah singgasana yang kini dipunya
Padahal semua serba ada

Tak cukupkah harta berjuta sebulan
Padahal itu tak akan hilang
Sebab pengeluaran yang kau buang adalah keringat orang
yang katanya kau sayang

Nurani atau emosi?
kala engkau bernyanyi,
Sebab yang terjadi caci maki kian menjadi
Dari orang yang mencermati
Nyanyimu yang tak lagi merdu

Tragedi negeri harusnya menjadi cemeti
Sebab akibat akan teramat sangat mengikat rakyat

Semoga Insan pengumpul recehan
Menjadikan sang raja bahagia...

Semoga irama merana yang dirasa sang jelata
Membawa sang raja membuka telinga

Semoga...

4 Jan 2011

TAHUN YANG TAK PERNAH BARU

Tahun ini adalah waktu yang tak jua berubah baru
Mendung ditengah hari tetap jelas kentara
Intropeksi yang selayaknya dikaji masih tetap rapat
Padahal kunci tak tersembunyi
Entah ! apa mungkin kita semakin  yakin,
kalau hati merasa tak miskin?

Genderang keadilan yang bergoyang ditahun silam
Tahun ini semakin tak enggan hilang
Mafia yang kemarin dikira durjana
Tahun ini bak raja tetap bertahta
Joki napi adalah bukti

Jangan harap angin jadi pendingin,
kalau ladang tetaplah gersang