Sunyi adalah hari yang kudaki Menjejak menuju alam kelam ditengah terang Mencari benderang yang enggan tergenggam Entah kapan itu kudapatkan Walau kusadar tak ada yang tak akan
3 Des 2010
SELALU ITU
Selalu jalan itu yang kutemu
Tak tahu mengapa selalu begitu
Padahal arah selalu kupakasa
tuk menuju tempat yang dimau
Lelah ini semakin tak mau mengerti
Mengapa harus ini yang mesti terjadi?
Penjuru!
sampai kapan kaukan terus menghindar?
Menepis kerinduan yang mau kuberikan
Hanya Tuhan yang paham
Mengapa rindu ini tak juga menyatu
1 Des 2010
RINDU CAHAYA
Kamarku tak punya cahaya
tertutup pintu dan jendela yang entah kapan dapat terbuka
Kuncinya tak tahu dimana
Hidup kian berat sebab udara semakin pekat
Lampu - lampupun enggan menyala
Ragaku kian rapuh berpeluh keluh
Sesekali hidup kusesal, walau sadar itu tak masuk akal
Akupun tahu lakukan itu tak baik untukku
Tuhan ampuni hamba
Dengan kemurahanMu kunci kamarku pasti kembali
Dan cahaya itu pasti datang menerpa
Hamba rindu terang dan kehangatan
tertutup pintu dan jendela yang entah kapan dapat terbuka
Kuncinya tak tahu dimana
Hidup kian berat sebab udara semakin pekat
Lampu - lampupun enggan menyala
Ragaku kian rapuh berpeluh keluh
Sesekali hidup kusesal, walau sadar itu tak masuk akal
Akupun tahu lakukan itu tak baik untukku
Tuhan ampuni hamba
Dengan kemurahanMu kunci kamarku pasti kembali
Dan cahaya itu pasti datang menerpa
Hamba rindu terang dan kehangatan
28 Nov 2010
DOA SANG PEMIMPI
I
Dalam keluh aku bersimpuh
Dalam keluh aku bersimpuh
Walau ku tahu sembahku tak pernah utuh
Kemelut senantiasa menggodaku tuk menjauh
Tuhan….
Hari ini sepiku kembali
Walau kutahu ramai disekeliling sudahlah pasti
Bukan hari yang kucari, tapi hati
Kemarin tak ubah hari ini
Sepi menggelayut tak jua pergi
Kisi – kisi diri membentur guntur
Menghantam karang kenistaan
Akankah semua menjelang?
Tuhan….
Walau sembahku tak pernah utuh
Kuyakin Kau takkan mengeluh bila kukeluh
Berikan hamba kekuatan tegar
Agar halilintar tak lagi terus menyambar
II
Pagi ini kucoba kembali asa kudaki
Segenggam doa iringi langkah
Menuju arah yang tak disketsa
Tuhan…
Tunjukan terangMu yang dalam
Agar gelap siang tak lagi mencekam
Tuhan…
Senyum hari masih kunanti,
walau mendung tak beranjak pergi
walau mendung tak beranjak pergi
Hamba mohon! Singkirkan mendung ini
III
Seuntai harapan masih kujelang
Terkadang bimbang,
karena hitam terus membayang
karena hitam terus membayang
Hari – hari terus kutelusur
Mencari mimpi yang tak jua terbeli
Sesekali kusesal
Walau kusadar tak pantas itu,
karena tak mendasar
karena tak mendasar
Kenistaan badan senantiasa jadi penghalang
Aku paham…
Mengapa harapan tak jua kugenggam
Karena ku selalu larut dalam sebatas harapan
Bukan perbuatan
Tuhan…
Hamba yang tak pantas ini memohon
Turunkan RahmatMu…
Bersihkan diri dari kisi duniawi yang tak pernah ada tepi
Tuhan…
HambaMu yang hina ini berharap
Mimpi yang terus kunanti, dapat betul dinikmati
Tuhan…
SenyumMu adalah dambaku
Walau kutahu titahMu sesekali tak kujalani
Tuhan…
MurkaMu adalah bencanaku
Hamba mohon jangan berikan itu
Tuhan…
Hamba ingin dingin ini segera menyingkir
Karena tak tahan terus menggigil
Tuhan…
DihadapanMu hamba bersimpuh
Bersihkanlah peluh keluh yang kini membasuh
Agar tubuh yang hampir lumpuh
V
Hari ini seperti kemarin
Badanku lelah tak berbuah hikmah
Bukan salah Tuhan memberi
Tapi hati masih sulit mengerti,
apa yang sebenarnya dicari
Hamba sadar Tuhan...
Pengalaman kelam silam,
barangkali itulah teguran
Atau...
Jalanku tak serius dalam menopang beban?
Tuhan...
Tak bosan hamba berpengharapan padaMu
Turunkan RahmatMu
Walau sadar yang hamba lakukan cuma mimpi diatas awan
Karena keseriusan menuju trentam belum penuh hamaba jalankan
Esok hari hamba kan coba lagi
Mencari kembali hakiki diri sejati
Semoga tak salah lagi
Tuntunlah hamba, agar sesat tak lagi di dapat
Amin...
VI
Rapuh iman membawaku dalam kelam
Segala harapan yang kupegang selalu hilang
Pejalanan yang semula bak pelita berubah gulita
Rapuh iman membawaku dalam kesulitan
Konsep yang yang diyakini sukses, pupus terarus
Layar yang seharusnya mengembang,
karam menghantam karang
Tuhan...
KuasaMu hamba yakin masih dapat dimiliki
Bimbinglah hamba esok dalam mencari arti hari
Tuhan..
KuasaMu adalah dambaku
Tuntunlah esok dalam mencari mimpi,
agar mentari tak lagi menacaci
VII
Larut perlahan hanyut,
pagi mulai meniti
Mataku masih terbuka
Gundah membuat kantuk selalu mengalah
Tuhan..
Tak bosan hamba meminta
Berilah hamba cinta, agar iba tak selalu dirasa
Tuhan...
Tak jemu hamba mengeluh
Berilah hamba tentram,
agar tenang dalam berjalan
Hamba sadar Tuhan
Tak seyogiyanya berpengharapan yang berlebihan
Karena juang yang seharusnya kujalankan,
selama ini selalu kuabaikan
Namun hamba yakin
KemurahanMu takkan mungkin membiarkan
Hambanya terus terhanyut dalam kemelut
Tegarkan hamba esok hari
Agar perih tak lagi terjadi
Amin...
VIII
Kemanapun kupergi
Perasaan itu selalu menyerta
Beribu, mungkin bahkan sejuta
Perasaan beku terus menyatu,
buah dari mencari debu
Tuhan...
Cinta ini belum mati
Rinduku masih menggebu,
walau kabut selalu menutup
Tuhan...
Bukakanlah kesempatan
Agarku dapat kemabali pulang
Mengolah jalan yang selama ini terabaikan
Tuhan...
Kuingin kembali
Menata memori yang nyaris mati
KebesarnMu
Adalah harapan yang selama ini kuidam
IX
Kusadar rapuh ini hampir rubuh
Jendela rasa entah kapan terbuka
Sebab kunci yang kupatah masih tetap terbelah
Entah...
Hingga kapan kunci ini dapat kembali sejati
Agar jendela terbuka
Dan rasa tak lagi sesakkan dada
Entah..
Karena aku belum mau paham
Kemana langkah ini harus berjalan
Tuhan...
Kuyakin, tak mungkin Engkau sesatkan jalan
Kealfaankulah yang membuat jalanku tak beraturan
Tuhan...
Ampuni sesatku
Bimbinglah batin ini
Agar esok hari hidupku lebih berarti
Amin...
Hari ini seperti kemarin
Badanku lelah tak berbuah hikmah
Bukan salah Tuhan memberi
Tapi hati masih sulit mengerti,
apa yang sebenarnya dicari
Hamba sadar Tuhan...
Pengalaman kelam silam,
barangkali itulah teguran
Atau...
Jalanku tak serius dalam menopang beban?
Tuhan...
Tak bosan hamba berpengharapan padaMu
Turunkan RahmatMu
Walau sadar yang hamba lakukan cuma mimpi diatas awan
Karena keseriusan menuju trentam belum penuh hamaba jalankan
Esok hari hamba kan coba lagi
Mencari kembali hakiki diri sejati
Semoga tak salah lagi
Tuntunlah hamba, agar sesat tak lagi di dapat
Amin...
VI
Rapuh iman membawaku dalam kelam
Segala harapan yang kupegang selalu hilang
Pejalanan yang semula bak pelita berubah gulita
Rapuh iman membawaku dalam kesulitan
Konsep yang yang diyakini sukses, pupus terarus
Layar yang seharusnya mengembang,
karam menghantam karang
Tuhan...
KuasaMu hamba yakin masih dapat dimiliki
Bimbinglah hamba esok dalam mencari arti hari
Tuhan..
KuasaMu adalah dambaku
Tuntunlah esok dalam mencari mimpi,
agar mentari tak lagi menacaci
VII
Larut perlahan hanyut,
pagi mulai meniti
Mataku masih terbuka
Gundah membuat kantuk selalu mengalah
Tuhan..
Tak bosan hamba meminta
Berilah hamba cinta, agar iba tak selalu dirasa
Tuhan...
Tak jemu hamba mengeluh
Berilah hamba tentram,
agar tenang dalam berjalan
Hamba sadar Tuhan
Tak seyogiyanya berpengharapan yang berlebihan
Karena juang yang seharusnya kujalankan,
selama ini selalu kuabaikan
Namun hamba yakin
KemurahanMu takkan mungkin membiarkan
Hambanya terus terhanyut dalam kemelut
Tegarkan hamba esok hari
Agar perih tak lagi terjadi
Amin...
VIII
Kemanapun kupergi
Perasaan itu selalu menyerta
Beribu, mungkin bahkan sejuta
Perasaan beku terus menyatu,
buah dari mencari debu
Tuhan...
Cinta ini belum mati
Rinduku masih menggebu,
walau kabut selalu menutup
Tuhan...
Bukakanlah kesempatan
Agarku dapat kemabali pulang
Mengolah jalan yang selama ini terabaikan
Tuhan...
Kuingin kembali
Menata memori yang nyaris mati
KebesarnMu
Adalah harapan yang selama ini kuidam
IX
Kusadar rapuh ini hampir rubuh
Jendela rasa entah kapan terbuka
Sebab kunci yang kupatah masih tetap terbelah
Entah...
Hingga kapan kunci ini dapat kembali sejati
Agar jendela terbuka
Dan rasa tak lagi sesakkan dada
Entah..
Karena aku belum mau paham
Kemana langkah ini harus berjalan
Tuhan...
Kuyakin, tak mungkin Engkau sesatkan jalan
Kealfaankulah yang membuat jalanku tak beraturan
Tuhan...
Ampuni sesatku
Bimbinglah batin ini
Agar esok hari hidupku lebih berarti
Amin...
27 Nov 2010
SAJAK & PANTUN SUNDA
SAMPURASUN :
Wiluje'ng tepang, mugia seratan nu baris dipedar janten pangbeberah manah, eta ge manawi bahan katampi, sapalih seratan aya karya anu sanes, naging aya nu teu terang namina, nu kagungan seratan mugia jembar manah, teu aya maksad ngabajak, estu clik putih clak herang simkuring hoyong nanjeurkeun budaya sunda nu kiwari tos dipihilap kusdapalih urang sunda, pami aya kritik sareng saran ku simkuring diantos, hatur nuhun.
BANDA
Bagja....
Guligah rasa teu kagambar ku mangrupa sagala
Tatali asih beuki matri
Ka Agungan Illahi ngabukti ku lahirna jabang bayi
Banda nu leuwih nyata ti batan harta
Mugia banda nu kukula katampa, jadi Cukang Rahmat nu Maha Kawasa [Allah]
Amin...
HAMPURA NYAI
-->Nyai hampura akang
Ne'pi kadange't ayeuna can bisa nyuge'makeun anjeun
Lain teu hayang, tapi dalah dikumaha
waruga can bisa ngahontal rancana nu geus dipe'dar tianggalna
Tapi sing percaya nu maha suci bakal we'las tur asih
kabagjaan bakal kahontal, asal sabar nandangan cobaan nu ku urang ka alaman
Amin...
PAMINGPIN
Peuting....
Je'mplingna mepende hate nupinuh ku galur nu can kaukur
Jangji ngawur nu dilaluhur ngan ukur rahul, ge'de wadul
Rahayat malarat ta'ya saurang ge nu ngorejat
Mugiya gusti nu mahaning asih tiasa ngageuing pamimpin nu teu acan eling
Amin...
-->LEMAH CAI KURING
Lemah cai kuring
Nagri endah asri
Sugih cacah jiwa, bahan lubak libuk
Sim kurin tresna miwah nyaah ka lemah cai
Pribadi kuring suka…
Kuring betah di bali geusan ngajadi
[ Sajak si Kabayan ]
Aya roda na tanjakan, katinggang ku pangpung jengkol
Aya randa gogoakan, katinggang ku pohpor banpol
Batok kohok wadah huut, meuli eunteung jang bikeuneun
Budak montok gede hitut, nyeri beuteung, jeungjeuriheun
Kembang cula kembang tanjung, kembang sagala domdoman
Rek sabulan rek sataun, moal weleh diantosan..
[ Hendripamungkasred ]
Mulung tanjung tengah gunung, meunang cangkilung saguruntul
Nurus tunjung mbah dukun, ceunah nulung malah rahul
Pedah kuring kuralang kuriling, ucing ge'ring ngahariring
Tengah peuting jempaling jempling, kuring nyaring hayang ngising
Hayu mupu tiwu, ohan malah mobok pagu
Huntu linu murukusaunu, bongan tara ngosok huntu
Ka Jampang mawa pakarang, ajang pe'rang makalangan
Ka akang naha sale'mpang, akang sayang ngan ka yayang
Kaso pondok kaso panjang, kaso ngaroyong ka mimbar
Sono mondok sono nganjang, sono ngaloyor ka kamar
Saha we nu bade nyangke, kamari abdi nu ngajagi
Bebende nu hade hate, pamatri ati nu sajati
Colenak enak dicocol, Komo mun tambah kalapa
Beletak pitak ditakol , Poho mun sirah mitoha ..... Hampura abah teu dihaja!!!
Cikaracak ninggang batu, laun-laun jadi legok
Tai cakcak ninggang huntu, laun-laun nya dilebok..
[ Herdipamungkasred ]
Rincik rincang rincik rincang, aya roda na tanjakan
Sidik pisan sidik pisan, nyai teh bogoh ka akang..
[ Herdipamungkasred]
Cikaracak ninggan batu, Laun-laun jadi legok
Nincak ruhak dina batu,Laun-laun ngagorowok
Budak leutik bisa ngapung, Eta kalong ngrana
Botak saeutik jiga celempung, Asa hoyong ngarampa
Iwung bungkulna maju, nangka tangkalna dibabad
Indung tunggul rahayu, Bapak tangkal darajat
Daun hiris dibeungkeutan, dibawa ka juru leuiit
Anu geulis ngadeukeutan hayangeun dibere duit
Opat baris salah nyambung, mun tukang kakara ngabangun
Omat geulis ulah pundung, mun akang kapaksa nyandung
Aya listrik di masigit, caangna kamana - mana
Aya istri jangkung alit, hanyakal geuning waria
kaso pondok kaso panjang..
kaso ngaroyom ka jalan..
sono momdok sono nganjang..
sono ngaolongok nu lenjang...
rinik rincang rincik rincang..
cikajang sawahna neunggang..
siik pisan sidik pisan..
si ujang sirahna herang...
ka suralaya dagang mukena..
si ujang meuli keur si nini..
kasalira akang micinta..
siang wengi ka impi impi..
kamana ngaitkeun kincir...
ka wanayasa jalan sadang..
kasaha ngaitkeun pikir..
ka nu ngora urang sumedang..
ka sumedang dagang pita...
ka cilondok dagang kacang
kanu lenjang akang cinta..
kanu denok akang sayang..
Wiluje'ng tepang, mugia seratan nu baris dipedar janten pangbeberah manah, eta ge manawi bahan katampi, sapalih seratan aya karya anu sanes, naging aya nu teu terang namina, nu kagungan seratan mugia jembar manah, teu aya maksad ngabajak, estu clik putih clak herang simkuring hoyong nanjeurkeun budaya sunda nu kiwari tos dipihilap kusdapalih urang sunda, pami aya kritik sareng saran ku simkuring diantos, hatur nuhun.
SAJAK
BANDA
Bagja....
Guligah rasa teu kagambar ku mangrupa sagala
Tatali asih beuki matri
Ka Agungan Illahi ngabukti ku lahirna jabang bayi
Banda nu leuwih nyata ti batan harta
Mugia banda nu kukula katampa, jadi Cukang Rahmat nu Maha Kawasa [Allah]
Amin...
HAMPURA NYAI
-->Nyai hampura akang
Ne'pi kadange't ayeuna can bisa nyuge'makeun anjeun
Lain teu hayang, tapi dalah dikumaha
waruga can bisa ngahontal rancana nu geus dipe'dar tianggalna
Tapi sing percaya nu maha suci bakal we'las tur asih
kabagjaan bakal kahontal, asal sabar nandangan cobaan nu ku urang ka alaman
Amin...
PAMINGPIN
Peuting....
Je'mplingna mepende hate nupinuh ku galur nu can kaukur
Jangji ngawur nu dilaluhur ngan ukur rahul, ge'de wadul
Rahayat malarat ta'ya saurang ge nu ngorejat
Mugiya gusti nu mahaning asih tiasa ngageuing pamimpin nu teu acan eling
Amin...
-->LEMAH CAI KURING
Lemah cai kuring
Nagri endah asri
Sugih cacah jiwa, bahan lubak libuk
Sim kurin tresna miwah nyaah ka lemah cai
Pribadi kuring suka…
Kuring betah di bali geusan ngajadi
[ Sajak si Kabayan ]
PANTUN
Aya roda na tanjakan, katinggang ku pangpung jengkol
Aya randa gogoakan, katinggang ku pohpor banpol
Batok kohok wadah huut, meuli eunteung jang bikeuneun
Budak montok gede hitut, nyeri beuteung, jeungjeuriheun
Kembang cula kembang tanjung, kembang sagala domdoman
Rek sabulan rek sataun, moal weleh diantosan..
[ Hendripamungkasred ]
Mulung tanjung tengah gunung, meunang cangkilung saguruntul
Nurus tunjung mbah dukun, ceunah nulung malah rahul
Pedah kuring kuralang kuriling, ucing ge'ring ngahariring
Tengah peuting jempaling jempling, kuring nyaring hayang ngising
Hayu mupu tiwu, ohan malah mobok pagu
Huntu linu murukusaunu, bongan tara ngosok huntu
Ka Jampang mawa pakarang, ajang pe'rang makalangan
Ka akang naha sale'mpang, akang sayang ngan ka yayang
Kaso pondok kaso panjang, kaso ngaroyong ka mimbar
Sono mondok sono nganjang, sono ngaloyor ka kamar
Saha we nu bade nyangke, kamari abdi nu ngajagi
Bebende nu hade hate, pamatri ati nu sajati
Colenak enak dicocol, Komo mun tambah kalapa
Beletak pitak ditakol , Poho mun sirah mitoha ..... Hampura abah teu dihaja!!!
Cikaracak ninggang batu, laun-laun jadi legok
Tai cakcak ninggang huntu, laun-laun nya dilebok..
[ Herdipamungkasred ]
Rincik rincang rincik rincang, aya roda na tanjakan
Sidik pisan sidik pisan, nyai teh bogoh ka akang..
[ Herdipamungkasred]
Cikaracak ninggan batu, Laun-laun jadi legok
Nincak ruhak dina batu,Laun-laun ngagorowok
Budak leutik bisa ngapung, Eta kalong ngrana
Botak saeutik jiga celempung, Asa hoyong ngarampa
Iwung bungkulna maju, nangka tangkalna dibabad
Indung tunggul rahayu, Bapak tangkal darajat
Daun hiris dibeungkeutan, dibawa ka juru leuiit
Anu geulis ngadeukeutan hayangeun dibere duit
Opat baris salah nyambung, mun tukang kakara ngabangun
Omat geulis ulah pundung, mun akang kapaksa nyandung
Aya listrik di masigit, caangna kamana - mana
Aya istri jangkung alit, hanyakal geuning waria
kaso pondok kaso panjang..
kaso ngaroyom ka jalan..
sono momdok sono nganjang..
sono ngaolongok nu lenjang...
rinik rincang rincik rincang..
cikajang sawahna neunggang..
siik pisan sidik pisan..
si ujang sirahna herang...
ka suralaya dagang mukena..
si ujang meuli keur si nini..
kasalira akang micinta..
siang wengi ka impi impi..
kamana ngaitkeun kincir...
ka wanayasa jalan sadang..
kasaha ngaitkeun pikir..
ka nu ngora urang sumedang..
ka sumedang dagang pita...
ka cilondok dagang kacang
kanu lenjang akang cinta..
kanu denok akang sayang..
26 Nov 2010
SAJAK CHAIRIL ANWAR
AKU
Kalau sampai waktu
Kumau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak peduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi
[ maret 1943 ]
PENERIMAAN
Kalau kau mau kuterima kau kembali
Dengan sepenuh hati
Kutahu kau bukan yang dulu lagi
Bak kembang sari sudah terbagi
Jangan tunduk! Tentang aku dengan berani
Kalau kau mau kuterima kau kembali
Untukku sendiri tapi
Sedang dengan cermin aku enggan berbagi
[ maret 1943 ]
HAMPA
Kepada Sri
Sepi diluar, sepi menekan mendesak
Lurus kaku pohonan tak bergerak
Sampai ke puncak, sepi memagut
Tak satu kuasa melepas renggut
Segala menanti, menanti, menanti
SepiTambah ini menanti jadi mencekik
Memberat mencekung punda
Sampai binasa segala belum apa - apa
Udara bertuba setan bertempik
Ini sepi terus ada dan menanti
DOA
kepada pemeluk teguh
Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut namamu
Biar susah sungguh
mengingat Kau penuh seluruh
cayaMu panas suci
tinggal kerdip lilin di kelam sunyi
Tuhanku
aku hilang bentuk
remuk
Tuhanku
aku mengembara di negeri asing
Tuhanku
di pintuMu aku mengetuk
aku tidak bisa berpaling
13 November 1943
SAJAK PUTIH
Bersandar pada tari warna pelangi
Kau depanku bertudung sutra senja
Di hitam matamu kembang mawar dan melati
Harum rambutmu mengalun bergelut senda
Sepi menyanyi, malam dalam mendoa tiba
Meriak muka air kolam jiwa
Dan dalam dadaku memerdu lagu
Menarik menari seluruh aku
Hidup dari hidupku, pintu terbuka
Selama matamu bagiku menengadah
Selama kau darah mengalir dari luka
Antara kita Mati datang tidak membelah…
SENJA DI PELABUHAN KECIL
buat: Sri Ajati
Ini kali tidak ada yang mencari cinta
di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut
Gerimis mempercepat kelam.Ada juga kelepak elang
menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.
Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap
1946
CINTAKU JAUH DI PULAU
Cintaku jauh di pulau,
gadis manis, sekarang iseng sendiri
Perahu melancar, bulan memancar,
di leher kukalungkan ole-ole buat si pacar.
angin membantu, laut terang, tapi terasa
aku tidak ‘kan sampai padanya.
Di air yang tenang, di angin mendayu,
di perasaan penghabisan segala melaju
Ajal bertakhta, sambil berkata:
“Tujukan perahu ke pangkuanku saja,”
Amboi! Jalan sudah bertahun ku tempuh!
Perahu yang bersama ‘kan merapuh!
Mengapa Ajal memanggil dulu
Sebelum sempat berpeluk dengan cintaku?!
Manisku jauh di pulau,
kalau ‘ku mati, dia mati iseng sendiri.
1946
MALAM DI PEGUNUNGAN
Aku berpikir: Bulan inikah yang membikin dingin,
Jadi pucat rumah dan kaku pohonan?
Sekali ini aku terlalu sangat dapat jawab kepingin:
Eh, ada bocah cilik main kejaran dengan bayangan!
1947
YANG TERAMPAS DAN YANG PUTUS
kelam dan angin lalu mempesiang diriku,
menggigir juga ruang di mana dia yang kuingin,
malam tambah merasuk, rimba jadi semati tugu
di Karet, di Karet (daerahku y.a.d) sampai juga deru dingin
aku berbenah dalam kamar, dalam diriku jika kau datang
dan aku bisa lagi lepaskan kisah baru padamu;
tapi kini hanya tangan yang bergerak lantang
tubuhku diam dan sendiri, cerita dan peristiwa berlalu beku
1949
DERAI DERAI CEMARA
cemara menderai sampai jauh
terasa hari akan jadi malam
ada beberapa dahan di tingkap merapuh
dipukul angin yang terpendam
aku sekarang orangnya bisa tahan
sudah berapa waktu bukan kanak lagi
tapi dulu memang ada suatu bahan
yang bukan dasar perhitungan kini
hidup hanya menunda kekalahan
tambah terasing dari cinta sekolah rendah
dan tahu, ada yang tetap tidak terucapkan
sebelum pada akhirnya kita menyerah
Kalau sampai waktu
Kumau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak peduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi
[ maret 1943 ]
PENERIMAAN
Kalau kau mau kuterima kau kembali
Dengan sepenuh hati
Kutahu kau bukan yang dulu lagi
Bak kembang sari sudah terbagi
Jangan tunduk! Tentang aku dengan berani
Kalau kau mau kuterima kau kembali
Untukku sendiri tapi
Sedang dengan cermin aku enggan berbagi
[ maret 1943 ]
HAMPA
Kepada Sri
Sepi diluar, sepi menekan mendesak
Lurus kaku pohonan tak bergerak
Sampai ke puncak, sepi memagut
Tak satu kuasa melepas renggut
Segala menanti, menanti, menanti
SepiTambah ini menanti jadi mencekik
Memberat mencekung punda
Sampai binasa segala belum apa - apa
Udara bertuba setan bertempik
Ini sepi terus ada dan menanti
DOA
kepada pemeluk teguh
Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut namamu
Biar susah sungguh
mengingat Kau penuh seluruh
cayaMu panas suci
tinggal kerdip lilin di kelam sunyi
Tuhanku
aku hilang bentuk
remuk
Tuhanku
aku mengembara di negeri asing
Tuhanku
di pintuMu aku mengetuk
aku tidak bisa berpaling
13 November 1943
SAJAK PUTIH
Bersandar pada tari warna pelangi
Kau depanku bertudung sutra senja
Di hitam matamu kembang mawar dan melati
Harum rambutmu mengalun bergelut senda
Sepi menyanyi, malam dalam mendoa tiba
Meriak muka air kolam jiwa
Dan dalam dadaku memerdu lagu
Menarik menari seluruh aku
Hidup dari hidupku, pintu terbuka
Selama matamu bagiku menengadah
Selama kau darah mengalir dari luka
Antara kita Mati datang tidak membelah…
buat: Sri Ajati
Ini kali tidak ada yang mencari cinta
di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut
Gerimis mempercepat kelam.
menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.
Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap
1946
Cintaku jauh di pulau,
gadis manis, sekarang iseng sendiri
Perahu melancar, bulan memancar,
di leher kukalungkan ole-ole buat si pacar.
angin membantu, laut terang, tapi terasa
aku tidak ‘
Di air yang tenang, di angin mendayu,
di perasaan penghabisan segala melaju
Ajal bertakhta, sambil berkata:
“Tujukan perahu ke pangkuanku saja,”
Amboi! Jalan sudah bertahun ku tempuh!
Perahu yang bersama ‘
Mengapa Ajal memanggil dulu
Sebelum sempat berpeluk dengan cintaku?!
Manisku jauh di pulau,
kalau ‘ku mati, dia mati iseng sendiri.
1946
MALAM DI PEGUNUNGAN
Aku berpikir: Bulan inikah yang membikin dingin,
Jadi pucat rumah dan kaku pohonan?
Sekali ini aku terlalu sangat dapat jawab kepingin:
Eh, ada bocah cilik main kejaran dengan bayangan!
1947
YANG TERAMPAS DAN YANG PUTUS
kelam dan angin lalu mempesiang diriku,
menggigir juga ruang di mana dia yang kuingin,
malam tambah merasuk, rimba jadi semati tugu
di Karet, di Karet (daerahku y.a.d) sampai juga deru dingin
aku berbenah dalam kamar, dalam diriku jika kau datang
dan aku bisa lagi lepaskan kisah baru padamu;
tapi kini hanya tangan yang bergerak lantang
tubuhku diam dan sendiri, cerita dan peristiwa berlalu beku
1949
DERAI DERAI CEMARA
cemara menderai sampai jauh
terasa hari akan jadi malam
ada beberapa dahan di tingkap merapuh
dipukul angin yang terpendam
aku sekarang orangnya bisa tahan
sudah berapa waktu bukan kanak lagi
tapi dulu memang ada suatu bahan
yang bukan dasar perhitungan kini
hidup hanya menunda kekalahan
tambah terasing dari cinta sekolah rendah
dan tahu, ada yang tetap tidak terucapkan
sebelum pada akhirnya kita menyerah
25 Nov 2010
PANTUN TANPA JUDUL
Oleh : Ato Suharto
Makan sagu sambil membaca
Nila biru berubah hitam
Jangan ragu panggil kakanda
Bila rindu sudah tak tahan
Cina negeri benua Asia
Pemrakasa niga negara kaya
Cinta bersemi dara jelita
Pesona raga kakanda semata
Sini situ selalu gajah
Karena rima tak lagi ramah
Ini itu selalu sala
Karena dinda lagi - lagi marah
Naik perhau keWanaraja
Banyak remaja bermain ria
Baik selalu pada sesama
Banyak pahala jaminan surga
Bila kenanga berwarna jingga
Itu semua tak mungkin ada
Bila adinda merasa cinta
Tentu berbunga hati kakanda
Akankah tinta berwarna
Bila nuansa tak disketsa
Apakah dinda merasa
Bila semua tak disengaja
Jangan suka memakai sorban
Bila tidak dengan pecinya
Jangan suka menyimpan dendam
Bila luka sakit akhirnya
Jangan buka tutup kepala
Bila pita hendak dibuka
Jangan suka sebut kakanda
Bila cinta tidak dibuka
Petik kembang bunga kemboja
Semangka manis kok dipotong
Cantik memang dirimu nona
Disangka gadis kok bencong
Bila limau masih sebiji
Ijinkan aku memiliki
Bila engkau masih sendiri
Ijinkan aku menemani
Siamat makan tomat sembilan
Tata menjerit tersungkur
Selamat malam sobat sekalian
Saya pamit mau tidur
Pelita Cina menyala diudara
Takkan mungkin itu mustahil
Ketika cinta membara di dada
Badan dingin dagu menggigil
Pantun bertutur kata pujangga
Memikat rasa makin terlena
Santun bertutur dara jelita
Membuat kanda semakin cinta
Jubah antik melayu punya
Cadar tanda penutp muka
Sudah canti kemayu pula
Pacar kanda penurut pula
Tedi tidur, Mak sam berdagang
Pagi tidur malam begadang
Buah kedondong, buah atep
Dulu bencong sekarang tetep
Mkanlah sagu kita kan kenyang
Makan baku pula Maluku
Janganlah ragu dindaku sayang
Kandakan tahu galau kalbumu
Janganlah suka makan kwaci
Bila tak ingin nyangkut di gigi
Jangan suka katakan benci
Bila tak ingin sikut ke pipi
Bingung kala kita di kota
Sungguh tiada tempat bertanya
Kidung cinta dara jelita
Sungguh kanda amat terpana
Garam asin dari Madura
Bila dirasa tak mungkin semua
Jangan ingin cari perkara
Bila tak ingin didera cela
Buat apa memakai batik
Bila tidak punya celana
Buat apa semampaicantik
Bila tidak menyinta kanda
Buat apa harta berlimpah
Kalau semua karena judi
Buat apa kanda menyinta
Kalau dinda tida peduli
Mawar merah harum sekali
Kidung cinta sejoli pasti
Pacar marah bingung sekali
Bingung siapa jadi pengganti
Kendari ranah kota kucinta
Daerah tempat dinda berada
Kendati pernah dinda kucinta
Belum pernah dinda kuraba
Kelapa Gading jalannya licin
Rukannya berseling rumah indah nan bening
Kepala pusing makan kepiting
Bukannya eling malah tambah pusing
Makan jagung selagi lapar
Kembang tahu, kentang dan acar
Jangan bingung mencari pacar
Abang mau datang melamar
Sungguh melati merah mewangi
Hendak dibawa ke ranah Deli
Minggu pagi cerah sekali
Hendak kemana dinda kan pergi
Sedap malam buat para Dewi
Kemboja bunga yang tak ditanam
Selamat malam buat para Dewi
Semoga kanda jadi kenangan
Semaikan benih buah semangka
Nangka matang ditabur juga
Jangan sedih duhai adinda
Kanda datang menhibur dinda
Kubah antik berwarna jingga
Karya nya yang tak tercela
Sudah canti ramahlah pula
Pria mana yang tak tercela
Buat apa memetik bunga
Kalau kepompong jadi merana
Buat apa cantik jelita
Kalau sombong bersama nona
Btik Prambanan sentuhan seniman
Buah tangan ibu tercinta
Canti menawan bukanlah ukuran
Ketakwaan itu yang utama
Bandung lautan api, kini tak ada lagi
Bertarung melawan diri, ciri pribadi sejati
Katun biru banyak diburu
Bahan baju banyak yang mau
Tahun baru semangat baru
Jaman baru tuk kita manu
Kumbang di taman sebarkan kembang
Wangi terasa bunga setaman
Kumandang azan seruan Tuhan
Mari semua kita jalankan
Bilakah kaca dapat dipatri
Tentulah berubah dari semula
Bilakah dinda dapat mengerti
Tentulah berbunga hati kakanda
Tahun baru pesta bersama
Kembang api dimana - mana
Santun selalu pada sesama
Lambang suci dara jelita
Jangan kau potong tangkai bunga
Karena semut tak akan suka
Jangan kau sombong wahai adinda
Karena hidup tak akan baka
Makanlah tahu dan jangan pisang
Kalau mau ditambah kentang
Jangan ragu dan jangan bimbang
Kalau rindu panggilah abang
Jangan ragu tuai semangka
Karena dukuh masam rasanya
Kenanglah daku wahai adinda
Karena daku tampan orangnya
Asam kecut rasanya cuka
Kenanga biru manalah ada
Jangan cemberut duhai adinda
Kini daku datang menyapa
Sabit pala, sabit ubi pula
Sakit kepala, sakit gigi pula
Tembang lama elok pesona
Menggugah rasa masa remaja
Kembang desa elok jelita
Bolehkah kanda meminang dinda
Burung nuri terbang melayang
Terbang membawa segenggam mawar
Bingung mencari si janda kembang
Yang bisa abang jadikan pacar
Makan ketupat sangatlah nikmat
Apalagi dimakan hangat
Lekaslah bertobat cepatlah shalat
Ingatlah nanti hari kiamat
Bunga rampai tumbuh di Cina
Diterpa udara rona berwarna
Bohai semampai tubuhmu nona
Dikira dara ternyata waria
Bilakah bunga yang kaya warna
Wangi merona tiada tara
Bilakah kanda sang kaya raya
Pasti dinda suka ma kanada
Laris manis jualan habis
Jangan membeli bila tak asli
Gadis manis memakai gamis
Disayang mami dicinta Illahi
Kakatua di jendela, bernyanyi tralala - tralala
Dunia tanpa cinta, sunyi tiada tara
Buah duku buah durian
Dimakan pagi karena lapar
Sudah angkuh mata duitan
Takkan sudi awak melamar
Berburu di tanah lapang
Dapat rusa belang kaki
Memburu janda kembang
Dapat susah pincang kaki
Golok sultan larasnya panjang
Bikin lawan tunggang langgang
Elok nian parasmu kawan
Bikin senang orang memandang
Lengkung sempit jalan cimanggis
Sudah sempit naiklah pula
Lesung pipit si hitam manis
Sudah cantik baiklah pula
Makan sagu sambil membaca
Nila biru berubah hitam
Jangan ragu panggil kakanda
Bila rindu sudah tak tahan
Cina negeri benua Asia
Pemrakasa niga negara kaya
Cinta bersemi dara jelita
Pesona raga kakanda semata
Sini situ selalu gajah
Karena rima tak lagi ramah
Ini itu selalu sala
Karena dinda lagi - lagi marah
Naik perhau keWanaraja
Banyak remaja bermain ria
Baik selalu pada sesama
Banyak pahala jaminan surga
Bila kenanga berwarna jingga
Itu semua tak mungkin ada
Bila adinda merasa cinta
Tentu berbunga hati kakanda
Akankah tinta berwarna
Bila nuansa tak disketsa
Apakah dinda merasa
Bila semua tak disengaja
Jangan suka memakai sorban
Bila tidak dengan pecinya
Jangan suka menyimpan dendam
Bila luka sakit akhirnya
Jangan buka tutup kepala
Bila pita hendak dibuka
Jangan suka sebut kakanda
Bila cinta tidak dibuka
Petik kembang bunga kemboja
Semangka manis kok dipotong
Cantik memang dirimu nona
Disangka gadis kok bencong
Bila limau masih sebiji
Ijinkan aku memiliki
Bila engkau masih sendiri
Ijinkan aku menemani
Siamat makan tomat sembilan
Tata menjerit tersungkur
Selamat malam sobat sekalian
Saya pamit mau tidur
Pelita Cina menyala diudara
Takkan mungkin itu mustahil
Ketika cinta membara di dada
Badan dingin dagu menggigil
Pantun bertutur kata pujangga
Memikat rasa makin terlena
Santun bertutur dara jelita
Membuat kanda semakin cinta
Jubah antik melayu punya
Cadar tanda penutp muka
Sudah canti kemayu pula
Pacar kanda penurut pula
Tedi tidur, Mak sam berdagang
Pagi tidur malam begadang
Buah kedondong, buah atep
Dulu bencong sekarang tetep
Mkanlah sagu kita kan kenyang
Makan baku pula Maluku
Janganlah ragu dindaku sayang
Kandakan tahu galau kalbumu
Janganlah suka makan kwaci
Bila tak ingin nyangkut di gigi
Jangan suka katakan benci
Bila tak ingin sikut ke pipi
Bingung kala kita di kota
Sungguh tiada tempat bertanya
Kidung cinta dara jelita
Sungguh kanda amat terpana
Garam asin dari Madura
Bila dirasa tak mungkin semua
Jangan ingin cari perkara
Bila tak ingin didera cela
Buat apa memakai batik
Bila tidak punya celana
Buat apa semampaicantik
Bila tidak menyinta kanda
Buat apa harta berlimpah
Kalau semua karena judi
Buat apa kanda menyinta
Kalau dinda tida peduli
Mawar merah harum sekali
Kidung cinta sejoli pasti
Pacar marah bingung sekali
Bingung siapa jadi pengganti
Kendari ranah kota kucinta
Daerah tempat dinda berada
Kendati pernah dinda kucinta
Belum pernah dinda kuraba
Kelapa Gading jalannya licin
Rukannya berseling rumah indah nan bening
Kepala pusing makan kepiting
Bukannya eling malah tambah pusing
Makan jagung selagi lapar
Kembang tahu, kentang dan acar
Jangan bingung mencari pacar
Abang mau datang melamar
Sungguh melati merah mewangi
Hendak dibawa ke ranah Deli
Minggu pagi cerah sekali
Hendak kemana dinda kan pergi
Sedap malam buat para Dewi
Kemboja bunga yang tak ditanam
Selamat malam buat para Dewi
Semoga kanda jadi kenangan
Semaikan benih buah semangka
Nangka matang ditabur juga
Jangan sedih duhai adinda
Kanda datang menhibur dinda
Kubah antik berwarna jingga
Karya nya yang tak tercela
Sudah canti ramahlah pula
Pria mana yang tak tercela
Buat apa memetik bunga
Kalau kepompong jadi merana
Buat apa cantik jelita
Kalau sombong bersama nona
Btik Prambanan sentuhan seniman
Buah tangan ibu tercinta
Canti menawan bukanlah ukuran
Ketakwaan itu yang utama
Bandung lautan api, kini tak ada lagi
Bertarung melawan diri, ciri pribadi sejati
Katun biru banyak diburu
Bahan baju banyak yang mau
Tahun baru semangat baru
Jaman baru tuk kita manu
Kumbang di taman sebarkan kembang
Wangi terasa bunga setaman
Kumandang azan seruan Tuhan
Mari semua kita jalankan
Bilakah kaca dapat dipatri
Tentulah berubah dari semula
Bilakah dinda dapat mengerti
Tentulah berbunga hati kakanda
Tahun baru pesta bersama
Kembang api dimana - mana
Santun selalu pada sesama
Lambang suci dara jelita
Jangan kau potong tangkai bunga
Karena semut tak akan suka
Jangan kau sombong wahai adinda
Karena hidup tak akan baka
Makanlah tahu dan jangan pisang
Kalau mau ditambah kentang
Jangan ragu dan jangan bimbang
Kalau rindu panggilah abang
Jangan ragu tuai semangka
Karena dukuh masam rasanya
Kenanglah daku wahai adinda
Karena daku tampan orangnya
Asam kecut rasanya cuka
Kenanga biru manalah ada
Jangan cemberut duhai adinda
Kini daku datang menyapa
Sabit pala, sabit ubi pula
Sakit kepala, sakit gigi pula
Tembang lama elok pesona
Menggugah rasa masa remaja
Kembang desa elok jelita
Bolehkah kanda meminang dinda
Burung nuri terbang melayang
Terbang membawa segenggam mawar
Bingung mencari si janda kembang
Yang bisa abang jadikan pacar
Makan ketupat sangatlah nikmat
Apalagi dimakan hangat
Lekaslah bertobat cepatlah shalat
Ingatlah nanti hari kiamat
Bunga rampai tumbuh di Cina
Diterpa udara rona berwarna
Bohai semampai tubuhmu nona
Dikira dara ternyata waria
Bilakah bunga yang kaya warna
Wangi merona tiada tara
Bilakah kanda sang kaya raya
Pasti dinda suka ma kanada
Laris manis jualan habis
Jangan membeli bila tak asli
Gadis manis memakai gamis
Disayang mami dicinta Illahi
Kakatua di jendela, bernyanyi tralala - tralala
Dunia tanpa cinta, sunyi tiada tara
Buah duku buah durian
Dimakan pagi karena lapar
Sudah angkuh mata duitan
Takkan sudi awak melamar
Berburu di tanah lapang
Dapat rusa belang kaki
Memburu janda kembang
Dapat susah pincang kaki
Golok sultan larasnya panjang
Bikin lawan tunggang langgang
Elok nian parasmu kawan
Bikin senang orang memandang
Lengkung sempit jalan cimanggis
Sudah sempit naiklah pula
Lesung pipit si hitam manis
Sudah cantik baiklah pula
24 Nov 2010
PAGI 2
Perjalanan melelahkan kembali kujejak
Antrian mimpi terus kuikuti, hingga waktu sore nanti
Gerbang kenyataan!!!!!
Ingin sekali hal ini..., benar - benar kumiliki!!!
Antrian mimpi terus kuikuti, hingga waktu sore nanti
Gerbang kenyataan!!!!!
Ingin sekali hal ini..., benar - benar kumiliki!!!
23 Nov 2010
22 Nov 2010
Langganan:
Postingan (Atom)