di bawah telunjuk tuan,
bertahun kita cuma
mendapatkan sebungkus makan,
sepotong pakaian, dan
luka menahun di lorong waktu
kian menyatu dalam debu
napas, tersengal diantara
sandiwara penguasa dan pengusaha
di sini,
kita hanya sebongkah batubara
yang harus tetap membara
manjakan pengusaha
agar produksi tetap ada
di sini,
kita tak lebih dari arang
sisa pembakaran, dan
bila kita hanya diam
dalam pekat hitam
tentulah nasib kita sehitam arang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Kritik dan saran sangat saya harapkan, bila berkenan tulisan ini bisa dipublikasikan/dtulis kembali asalkan nama pengarang ditulis kembali